Selamat Datang Kawan

Blog ini akan membuat anda lebih cerdas dan bersemangat!.

DARUL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selamat Datang Kawan

Blog ini akan membuat anda lebih cerdas dan bersemangat!.

Laman

Selasa, 07 Juni 2011

Improvisasi dan Modernisasi Sastra Arab sebagai Solusi Mengembalikan dan Menjaga Kedamaian Dunia

    
Darul Huwisnu
S.Arab UNPAD 2010

  Syair adalah jenis karya sastra yang paling sering dibuat oleh bangsa Arab.Orang-orangArab adalah kaum yang sangat menyukai keindahan bahasa. Sejak jaman Jahiliyah mereka telah terbiasa bersyair untuk saling berkomunikasi. Melalui syair,mereka menceritakan perjalanan mereka di padang pasir. Syair juga mereka pergunakan untuk menceritakan keindahan alam,mengobarkan semangat perjuangan,serta untuk memberi nasehat kepada sesama dan anak anak mereka. Jenis Syair yang paling banyak mereka tulis adalah jenis syair Hamasah(menaikkan semangat), syair Arrasa(ratapan), dan syair al-ghazalah(percintaan). (Arifin dan Muhdar, 1983:18/USU.ac.id).
     Syair beserta karya-karya sastra bangsa ini adalah yang terbaik di dunia. Terbukti dengan karya-karya sastra Arab sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam masyarakat dan pemerintahan. Karya-karya inipun bisa terkenal keseluruh dunia hingga saat ini, contohnya “kumpulan cerita 1001 Malam” serta kisah dan syair-syair Abu Nuwas.
     Mengglobalnya karya-karya sastra Arab didukung oleh keindahan dan kesempurnaan bahasanya sendiri. Bahasa yang telah dipercaya Allah SWT untuk menjadi bahasa Al-quran.
Pada zaman dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah, sastra adalah suatu kebanggaan. Pada zaman tersebut,keberadaan para sastrawan sangat didukung oleh pihak pemerintah.
     Pada zaman dinasti Umayyah, para ulama menentang keberadaan sastra. Mereka beranggapan bahwa puisi, musik, lagu dan karya-karya sastra lainnya merupakan sarana paling ampuh bagi iblis untuk menyesatkan manusia. Kuatnya pengaruh sastra pada zaman ini menyebabkan tentangan para ulama tidak dihiraukan. Bahkan Yazid, khalifah Umayyah yang kedua memiliki profesi lain sebagai penulis lagu. Yazid pulalah yang memperkenalkan nyanyian dan alat musik ke istana Damaskus.
     Di zaman dinasti Abbasiyah, sastra Arab dikembangkan oleh Al-Jahiz di Baghdad. Karya-karya sastra mencapai puncaknya pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriah melalui karya-karya Badi al-Zaman al-Hamadzani(969-1008), Al-Tsa’alibi(961-1038), dan Al-Hariri(1054-1122). (Philip K.Hitti, 2002:505). Seperti di zaman bani Umayyah,para sastrawan di zaman ini juga memiliki pengaruh yang kuat dan keberadaan mereka juga didukung oleh pihak pemerintah.
     Saat inipun kehadiran sastra Arab masih sangat dibutuhkan dunia. Baik hanya sekadar menjadi hiburan hingga mengambil peranan penting dalam kestabilitasan sistem pemerintahan dan agama.
Pada saat ini negara-negara di dunia, khususnya negara-negara Arab sedang mengalami pergolakan dalam pemerintahannya. Penyebabnya adalah sifat arogansi dan kesewenang-wenangan pemerintah dalam memimpin. Kekuasaan dan kekayaan yang mereka dapatkan telah membuat pemimpin-pemimpin itu lupa daratan. Hampir tidak ada yang berani mengkritisi mereka, karena jika ada orang yang berani mengkritisi kepemimpinan mereka, maka orang tersebut pasti akan dihukum.
     Sifat arogan pemimpin-pemimpin bangsa Arab sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi mereka tidak pernah melakukan tindakan yang sewenang-wenang karena selalu ada orang-orang yang mengawasi dan mengkritisi mereka. Para pengkritik itu hampir tidak pernah dihukum oleh pemimpinnya karena mereka menyampaikan kritikan-kritikan dengan cara yang elegan dan indah. Sebagai contoh adalah syair-syair Abu Nuwas dan maqamah ciptaan Badi al-Zaman al-Hamadzani(Philip K.Hitti, 2002:505).Itulah mengapa sastra Arab, terutama yang bernafaskan islam,dibutuhkan kembali kehadiran dan keeksistensiannya di dunia ini.
Menghadirkan dan mengeksistensikan sastra Arab tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapi.Kemajuan bangsa barat dan Jepang sekarang ini adalah tantangan terbesarnya. Kecanggihan teknologi film, buku-buku fiksi yang imajinatif, dan keromantisan lagu-lagu mereka telah berhasil membuai sebagian besar masyarakat dunia. Ditambah lagi dengan maraknya drama-drama percintaan dari negeri gingseng Korea.
     Padahal karya-karya mereka tidak memberikan dampak positif terhadap para penikmatnya. Film, buku, serta lagu-lagu buatan mereka cenderung memiliki unsur-unsur negatif. Kekerasan dan sexualitas merupakan hal yang paling sering mereka sisipkan ke dalam karya-karya tersebut. Banyak masyarakat terutama anak-anak yang akhirnya terdoktrin dan melakukan tindak kekerasan serta asusila.
Bagi sebagian besar masyarakat, menikmati dan mempelajari karya-karya modern mereka pasti jauh lebih menarik daripada mempelajari karya-karya sastra Arab yang usang dan nyaris tanpa perkembangan. Karya-karya yang dianggap sebagian besar masyarakat dunia sebagai karya kuno yang tidak lagi sesuai dengan kemajuan zaman.
     Inilah yang menjadi tugas besar bagi para sastrawan-sastrawan Arab modern. Improvisasi dan modernisasi karya adalah solusinya. Hal ini tentu saja telah dilakukan oleh mereka, contohnya kisah Nabi Muhammad SAW yang dibuat ke dalam bentuk komik, ataupun kisah-kisah 1001 Malam yang telah banyak difilmkan.
Memang belum banyak memberikan hasil, tetapi jika dilakukan secara terus-menerus dan dibarengi dengan kreativitas serta terobosan-terobosan baru, bukan tidak mungkin sastra Arab akan kembali popular dan memberikan stabilitas terhadap sistem pemerintahan seperti di masa lalu.
     Oleh karena itu, alangkah baiknya para sastrawan beserta para pecinta sastra Arab di zaman modern ini saling bertukar pikiran dan bahu-membahu untuk mengembalikan kejayaan sastra Arab. Jika pengaruh dan fungsi sastra Arab khususnya yang bernafaskan islam kembali seperti dahulu, bukan hal yang mustahil kedamaian dunia khususnya di negara-negara Arab akan terwujud. Ketika kedamaian itu telah terwujud, Sastra Arab pun harus tetap dijaga keeksistensiannya, agar kedamaian dunia tetap bisa terjaga.