Selamat Datang Kawan

Blog ini akan membuat anda lebih cerdas dan bersemangat!.

DARUL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selamat Datang Kawan

Blog ini akan membuat anda lebih cerdas dan bersemangat!.

Laman

Sabtu, 26 April 2014

"NOTE" part 3

“Hua.....bt...bt...”
“Bt kenapa Pit?”
Ujar Kang Wisnu sambil tersenyum.
“Iyalah kang bt, tadi Pit sudah ngeberaniin diri dan menggadaikan seluruh......harga diri Pit buat negur si Himawan duluan, tapi malah dicuekin. Hua.....bt...malu.”
“oooo”
“Ih...kok cuma ‘oooo’ sih Kang??? Kan Pit malu banget jadinya, kesannya Pit cewek apaan gitu.”
Aku benar-benar kesal dengan tanggapan kang Wisnu yang hanya ‘oooo’.
“ya..., sebenarnya wajar kalau Himawan tidak membalas sapaan Kamu, soalnya...”
“Soalnya apa kang??? Pit jelek? Apa gak tau malu karena negur cowok duluan? Udah ah...Pit juga bt sama Akang!!! Pit pulang dulu Kang.”
Aku langsung bergegas meninggalkan Kang Wisnu yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Pokoknya, besok aku harus ngomong ke dia. Sombong banget sih jadi cowok, masa gak pernah mau ngeluarin suaranya. Sedikit...aja.”
Aku berbicara dengan hatiku.

Esok paginya, aku bergegas ke perpustakaan berharap dapat bertemu dengan Himawan lagi di sana. Namun sayang, sesampainya di sana aku tidak melihat Himawan. Aku memutuskan untuk menunggu sebentar. Setelah menaruh tas di loker, aku masuk ke ruang baca dan duduk tanpa membaca buku.Sekitar 1 jam aku menunggu, namun yang kutunggu-tunggu tak kunjung datang. Aku memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan, dan berharap bisa bertemu Himawan esok hari.
Setelah mengambil tas dan mengucapkan terimakasih pada bapak penjaga perpus, aku bergegas keluar perpustakaan. Namun ketika tepat di depan pintu, aku berpapasan dengan Himawan. Aku dan dia sama-sama terkejut, kami saling bertatapan beberapa saat. Lalu aku memberanikan diri untuk menegurnya.
“Hai...Himawan.”
Himawan hanya tersenyum, dan langsung membalikkan badannya untuk meninggalkanku. Secara reflek, aku langsung memegang tangannya dan menariknya kembali.
“Tunggu...tunggu..., jangan pergi dulu.”
Himawan nampak bingung akan ulahku.
“Iya, jangan pergi dulu, aku cuma mau ngobrol sebentar.”
Himawan tidak menanggapi omonganku, yang ada raut wajahnya justru nampak semakin bingung.
“Yaudah kalau gak mau ngobrol, tapi seenggaknya jawab kek sapaanku. Mahal banget suaranya.”
Himawan nampak semakin bingung, dan wajahnya mulai pucat pasi.
“Hei..Himawan, ngomong dong. Sombong amat, jangan hanya bisa ngomong lewat note doang.”
Himawan mulai membuka mulutnya, akhirnya saat-saat yang aku tunggu tiba, aku bisa mendengar suara Himawan. Namun,....
“Eee,ma...f...U..da....sa..b...ca..ra.....ap...ap....Pit..”
Bagai disambar petir di siang bolong, ternyata Himawan tidak bisa berbicara. Himawan melepaskan tanganku dari tangannya, dan dengan mata yang berkaca-kaca, dia mengangguk dan berbalik meninggalkanku yang masih diam membisu di depan perpustakaan.


 bersambung

"NOTE" part 2

Ternyata, dia juga mengambil mata kuliah umum ini. Yang membuatku lebih bahagia adalah, dia tiba-tiba menuju kearahku dan duduk dikursi sebelahku. Seperti biasa, dia hanya tersenyum. Ya, selama 90 menit aku benar-benar tidak bisa belajar dengan tenang. Perasaan bahagia, gugup, takut bercampur aduk menjadi suatu sensasi yang luar biasa didalam diriku.
Setelah 90 menit yang “luar biasa”, akhirnya kelas ini berakhir. Ya, akhirnya sensasi luar biasa itu usai sudah. Namun, ternyata belum. Sebelum beranjak pergi Himawan merobek selembar kertas note dari bindernya dan memberikan note tersebut kepadaku. Lalu ia tersenyum dan pergi meninggalkanku yang masih termangu, karena terkejut atas apa yang terjadi. Dengan tangan gemetar dan jantung yang berdebar aku membuka dan membaca note tersebut.
“Assalammualaikum
 Perkenalkan, namaku Himawan.
Salam kenal. ^_^ “

“Kang Wisnu........” Aku berteriak sambil berlari mengejar Kang Wisnu yang berjalan beberapa meter didepanku. Lalu Kang Wisnu menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.
“Apa Pipit?”
Ujarnya setelah aku sampai didepannya.
“Akang....akang, tadi Himawan ngasih aku ini.”
Aku mengeluarkan selembar Note yang diberikan Himawan dikelas tadi.
Kang Wisnu mengambil kertas tersebut, lalu membacanya. Kemudian Ia tersenyum.
“Lanjutkan Pit!” ujarnya.

“Iya Kang, haturnuhun ya Kang.”
“Haturnuhun untuk apa Pit?”
“Haturnuhun karena telah bantuin pit?”
“Bantu apa?”
“Udah..pokoknya haturnuhun. Pit duluan ya Kang...dadah Akang.”
Lalu aku bergegas meninggalkan Kang Wisnu yang tampaknya masih kebingungan atas kelakuanku.
Setelah istirahat siang, hari ini aku bergegas pergi keperpustakaan. Aku bermaksud meminjam beberapa buku untuk mengerjakan tugas kuliah. Tepat ketika aku masuk kedalam perpustakaan, aku melihat Himawan sedang meminjam buku pada petugas perpustakaan. Aku langsung mengeluarkan binderku dan menyobek selembar note, kemudian menulis,
“Walaikumsalam...
Namaku Fitri Amalia, panggil saja Pipit.
Salam kenal. ^_^”
Tepat seusai aku menulis, Himawan telah menyelesaikan proses peminjaman bukunya dan berjalan kearahku yang berada di depan pintu perpustakaan. Dengan gugup aku menyerahkan note tersebut kepadanya. Himawan nampak terkejut, namun kemudian ia mengambil note tersebut tersenyum dan bergegas meninggalkanku.
Jika dulu aku menganggap hari Jumat dan mata kuliah umum ini adalah sesuatu yang menyebalkan, sekarang semua itu telah berubah. Ya, semua itu karena Himawan. Pria yang aku dambakan itu ternyata satu kelas denganku di mata kuliah ini, dan kami sudah saling berkenalan meski hanya melalui selembar note. Beberapa menit kemudian, Himawan masuk ke kelas dan kembali duduk disebelahku. Selama beberapa detik kami saling bertatapan dan tersenyum. Kemudian dosen datang, dan moment tersebutpun usai.
Setelah kelas berakhir, Himawan langsung memasukkan alat tulisnya kedalam tas, namun sebelum pergi ia kembali memberikan selembar note kepadaku, tersenyum, lalu pergi meninggalkanku. Dengan gugup aku membaca note tersebut,
“Nama yang indah, panggilannya juga lucu. ^_^”
Enam kata yang membuatku melayang.
Senin ini aku bertekad untuk berbicara langsung kepada Himawan, aku benar-benar penasaran dengan suaranya. Lagian sombong banget tuh cowok, masa setiap ketemu hanya tersenyum lalu memberikan selembar note dengan kalimat yang singkat. Romantis sih, tapi tetap saja aku ingin berbicara langsung kepadanya.
Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, aku berharap Himawan ada di sana. Harapanku menjadi kenyataan, ketika aku masuk ke perpustakaan, aku melihat Himawan sedang mengambil tas dari loker dan akan beranjak pergi. Aku mengumpulkan segenap keberanianku dan menghirup napas dalam-dalam, lalu berdiri tepat dihadapannya.
“Hai…,ehm… apa kabar?”

Himawan nampak sangat terkejut atas kedatanganku yang tiba-tiba. Namun, dia lantas tersenyum, mengangguk, dan pergi meninggalkanku begitu saja.

bersambung