Selamat Datang Kawan

Blog ini akan membuat anda lebih cerdas dan bersemangat!.

DARUL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selamat Datang Kawan

Blog ini akan membuat anda lebih cerdas dan bersemangat!.

Laman

Rabu, 23 Desember 2015

Mengabdi Untuk Negeri 1











Minggu, 13 Desember 2015

"NOTE" part 4

Kini aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, perasaanku kini bercampur aduk. Mulai dari perasaan bersalah, karena telah berburuk sangka dan menyakiti hati Himawan, rasa suka yang entah masih ada atau tidak setelah mengetahui kekurangannya, dan rasa malu karena telah marah dan memaksa Himawan untuk berbicara. Aku hanya menatap kosong ke depan, memandangi orang yang berlalu lalang di depan gazebo fakultas Ilmu Budaya ini.
“Woi...jangan bengong.”
Suara itu menyadarkanku dari lamunanku.
“Ih...Kang Wisnu...ngagetin aja.”
“Maaf...maaf...., lagian siang-siang bengong. Nanti kesurupan lho. Kan gak lucu, kalau nanti kamu masuk headline koran kampus. ‘Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya, Kesurupan di Gazebo Fakultas.’ Ha..Ha...”
Aku hanya tersenyum kecut, kemudian secara perlahan air mataku meleleh.
“Yah...malah nangis, maaf Pit...maaf. Gak bermaksud menyinggung.”
“Iya Kang gak papa, harusnya Pit yang minta maaf karena kemarin sudah ngambek ke Akang.”
“He..He..santai aja. Ngomong-ngomong, kamu kenapa Pit? Dari tadi bengong dan sekarang tiba-tiba nagis.”
“Gak tau Kang, perasaan Pit campur aduk.”
“Sok...cerita atuh, siapa tahu ada yang bisa dibanting, He..He..”
“Hhaa..., Akang, masih aja bercanda.”
“He..He...Peace. Sok sekarang cerita.”
Lalu aku menceritakan peristiwa yang kualami pagi tadi ke Kang Wisnu. Usai mendengarkan ceritaku, Kang Wisnu hanya tersenyum.
“Tuh kan..Akangnya malah senyum....pasti Pit di mata Akang sudah hina banget.”
“Bukan gitu pit, saya senyum...ya karena memang harus tersenyum.”
“Kok gitu kang?”
“Ya...sebenarnya saya sudah tahu kalau Himawan itu tuna wicara.”
“Ih..Jahat...Akang sudah tahu tapi gak cerita-cerita.”
“Lah...gimana mau cerita, orang sebelum cerita kamunya sudah ngambek dan ninggalin saya.”
“Oh..iya Kang?”
“Iya, kemarin itu, saya mau ngasih tahu kamu, Himawan tidak pernah membalas sapaan kamu bukan karena sombong, tapi memang karena dia gak bisa bicara. Dia malu sama kamu.”
“Oh, gitu kang. Pit ngerti sekarang. Pit nya jadi gak enak banget sama Himawannya.”
“Yah…mau gimana lagi Pit. Sekarang, kalau kamu merasa bersalah ya minta maaf ke Himawannya.”
“Iya Kang pasti. Tapi Pit juga masih galau Kang.”
“Galau kenapa lagi?”
“Galau sama perasaan Pipit ke Himawan. Setelah tahu dia Tuna wicara, jadi gimana gitu. kasihan Himawannya, tapi Pit malu kalau nanti ada hubungan sama dia. Tapi, masih ada rasa. Tapi….ya…gitu deh. Pokoknya galau.”
Kang wisnu tersenyum, dan beranjak dari kursinya.
“Pit, usahakan jangan memulai suatu hubungan sebelum kamu siap. Lalu, yakinkan hati kamu. Rasa sayang kamu ke dia, rasa sayang karena hati, atau rasa sayang karena kasihan.”
Aku terhenyak mendengar nasihat dari Kang Wisnu.
“Sudah, jangan galau lagi. Hidup itu pilihan, apapun yang kamu pilih dengan niatan yang baik, insya Allah hasilnya juga akan baik. Sudah ya Pit, saya pamit dulu, mau ada rapat. Wassalammualaikum.”
Kang Wisnu langsung bergegas meninggalkanku.

“Walaikumsalam Kang.”

bersambung

PERSIB KLUB PROFESIONAL DAN MODERN

Jawa Barat berpesta, Jawa Barat bereuforia, karena PERSIB juara. Itulah yang terjadi selama sepekan ini di bumi Parahyangan. PERSIB Bandung, klub kebanggaan warga Jawa Barat akhirnya berhasil mengakhiri dahaga gelar 19 tahun tanpa mahkota liga Indonesia. Puluhan milyar digelontorkan, puluhan pemain bintang didatangkan silih berganti, bertahun-tahun doa dikumandangkan oleh para bobotoh dan akhirnya segala ikhtiar itu terjawab.
Jika ditelisik lebih dalam,, sangat wajar PERSIB berhasil menyabet gelar musim ini. Manajemen klub berkualitas  yang bernaung dalam PT Persib Bandung Bermartabat yang di nahkodai H. Umuh Muchtar,serta dukungan para birokrat Jawa Barat yang tidak pernah berhenti, membuat klub ini sehat secara finansial dan mental.
Di zaman liga Indonesia yang mewajibkan klub mandiri dan tidak bergantung pada dana APBD  sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13/2006 yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59/2007, telah membuat banyak klub besar liga Indonesia terpuruk. Kita bisa melihat PSMS Medan, PSM Makassar, PERSEBAYA Surabaya, PSIS Semarang dan beberapa klub besar lainnya yang tiba-tiba saja collapse bahkan merasakan degradasi setelah tidak mendapatkan gelontoran dana dari APBD.Namun PERSIB tetap berdiri gagah di divisi utama Liga Indonesia.
Strategi manajemen klub yang mengadopsi strategi klub-klub besar Eropa seperti Real Madrid, Bayern Muenchen, dan Manchester United, yakni mengumpulkan banyak bintang dengan tujuan menarik banyak supporter dan sponsorpun telah menuai keberhasilan, terbukti dari banyaknya sponsor yang terpatri jelas di jersey kebanggaan. Suporterpun dengan sukarela membeli jersey dan merchandise klub original yang tentu saja menambah pemasukan bagi klub. Stadion yang selalu dipadati para bobotoh disetiap pertandingan juga menambah pundi-pundi uang serta semangat yang tentu saja berimbas positif bagi klub  kebanggaan Jawa Barat ini.
Para birokrat Jawa Baratpun tak ingin kalah dalam membangun klub yang telah menjadi ikon tersendiri bagi Jawa Barat ini. Mulai dari pembangunan stadion baru  “Gelora Bandung Lautan Api”, hingga datang pada setiap pertandingan penting PERSIB, menjadi suatu dukungan moril yang sangat luar biasa. Tanpa bermaksud mengecilkan klub lain, inilah unsur-unsur profesional yang telah dimiliki PERSIB yang belum dimiliki oleh sebagian besar klub peserta Liga Indonesia lainnya. Unsur yang memang seharusnya dimiliki oleh klub yang ingin berkompetisi dalam sebuah liga yang kompetitif dan profesional.
Sekarang, semua kerja keras dan positif  oleh seluruh elemen yang ada di PERSIB bahkan Jawa Barat telah berhasil, dahaga gelar telah terpuaskan. Namun, jangan menjadikan ini semua sebagai akhir dari perjuangan. Kelemahan terbesar dari suatu keberhasilan adalah rasa puas berkepanjangan yang akhirnya membuat terlena dan jatuh terpuruk ke dalam lubang kegagalan. Ingat, semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang angin yang bertiup untuk menjatuhkannya. Gelar juara Liga Indonesia bukanlah akhir, namun awal dari segalanya. Ingat, masih ada kompetisi tingkat Asia yang telah menunggu. Tidak hanya membawa nama Jawa Barat, namun juga Indonesia. Masih ada pula Liga Indonesia musim depan dan musim-musim seterusnya yang akan terus bergulir.
Sekarang segala elemen yang ada di PERSIB mulai dari pemain, manajemen, birokrat Jawa Barat, hingga bobotoh wajib hukumnya menjaga konsistensi. Jangan sampai ada oknum-oknum yang justru menjerat atau memanfaatkan momentum yang akhirnya justru membuat klub ini terpuruk di masa depan.
Ingat, kini PERSIB tidak hanya milik Jawa Barat tapi juga milik Indonesia. Berjuanglah terus di liga Indonesia dan berjayalah di Liga Champion Asia.

                                                                                       

REVOLUSI MENTAL TIMNAS SEPAK BOLA INDONESIA

Masyarakat Indonesia saat ini sedang disibukkan oleh naiknya BBM. Pendapat Pro dan Kontra silih berganti dilontarkan oleh kalangan akademisi, birokrat, hingga rakyat kecil.Setelah Pilpres, kini rakyat Indonesia kembali terpecah oleh masalah besar namun sederhana, banyak yang akan tersakiti namun pasti ada solusi. Hingar bingar naiknya BBM bahkan telah menenggelamkan pemberitaan kompetisi sepakbola yang selalu ditunggu oleh masyarakat Indonesia, bahkan Asia Tenggara, yakni Piala AFF 2014.
Banyak yang berpendapat, rakyat telah lelah oleh prestasi Timnas sepakbola. Berkali-kali gagal di berbagai kompetisi internasional, yang terakhir tentu saja kegagalan Timnas U-19 yang digadang-gadang akan sukses besar di piala Asia U-19, namun tetap saja berakhir dengan tragis. Hal ini membuat rakyat yang haus akan gelar juara, mulai terbiasa akan rasa haus tersebut. Sebenarnya prestasi Timnas tidak terlalu jeblok, setidaknya untuk di kawasan Asia Tenggara kita hampir selalu masuk final. Namun, jika sering masuk final dan berakhir gagal, tetap saja membuat rakyat kesal.
Semenjak gelaran perdana pada tahun 1996, Timnas Indonesia belum pernah sekalipun menjadi juara di ajang ini. Prestasi terbaik Timnas hanya empat kali runner-up, yakni pada edisi 2000, 2002, 2004, serta 2010 silam. Bahkan pada edisi terakhir di tahun 2012 lalu, Timnas Indonesia yang bermaterikan pemain-pemain non-reguler (karena dualisme PSSI) tak mampu lolos dari fase grup.
Sesungguhnya tidak ada masalah teknik yang berarti dengan permainan Timnas Indonesia, bahkan untuk ukuran Asia Tenggara kualitas teknik pemain-pemain Indonesia masih yang terbaik. Ditambah dukungan rakyat yang selalu memberikan dukungan disetiap pertandingan, dan bonus besar yang selalu disiapkan oleh PSSI tak ada alasan timnas tidak bisa menjadi juara.
Namun permasalahan sesungguhnya memang bukan pada teknik atau dukungan, namun ada pada mental pemain. Sudah menjadi rahasia umum para pemain timnas Indonesia memiliki mental yang buruk,sama sekali tidak memiliki mental juara. Salah satu buktinya adalah Sepakbola “gajah” yang diperagakan Timnas Indonesia dan Thailand di piala Tiger 1998 (sebelum berganti nama menjadi AFC Cup). Karena ingin menghindari tuan rumah Vietnam di babak semifinal, Thailand dan Indonesia sama-sama menghindari kemenangan.  Skor 2-2 yang bertahan hingga  dipenghujung babak kedua, ditutup dengan gol bunuh diri yang dilakukan dengan sengaja oleh Mursyid Effendi dan skor pun berubah menjadi 2-3 untuk kekalahan Indonesia. Tragisnya, Timnas tetap kalah di semifinal.
Periode selanjutnya yakni pada edisi 2000, 2002, 2004, serta 2010 Indonesia berhasil masuk final namun gagal menjadi juara. Kita tentu masih ingat Piala AFC 2010 dimana Timnas Indonesia bermain sangat luar biasa di babak penyisihan hingga semifinal, namun karena mental yang buruk mereka berhasil dijungkalkan Timnas Malaysia yang sebelumnya telah dihancurkan dibabak penyisihan. Alasannya sederhana, hanya karena teror sinar laser di stadion Bukit Jalil Malaysia. Jika kita melihat di beberapa negara di benua Amerika dan Eropa, teror yang didapatkan pemain tidak hanya sorotan sinar laser, namun juga lemparan kembang api bahkan desingan peluru.
Namun yang terparah tentu saja para pemain yang mendadak ‘artis’. Bermain dengan sangat luar biasa di babak penyisihan membuat para pemain terlena, bukan berlatih mereka malah sutting iklan. Hal yang membuat seluruh rakyat Indonesia kecewa, bahkan menjadi tertawaan hingga kini.
Sekarang hal-hal buruk itu harus segera ditinggalkan, bukan untuk dilupakan namun dijadikan pelajaran. Rakyat yang sedang mengalami masa sulit ini butuh hiburan dan kebahagiaan, tidak harus berupa materi namun cukup berupa prestasi. Materi pemain, Tim pelatih, dukungan rakyat dan pejabat telah berdatangan. Kini lawan terberat bukanlah Vietnam, Malaysia, atau Thailand namun diri sendiri.Setelah dualisme PSSI berhasil dibenahi, dan sistem kepelatihanpun telah di evaluasi, kini tinggal mental yang harus di revolusi.




Rabu, 30 Juli 2014

Sabar

Terkadang sulit untuk menerima keadaan, bahkan sangat sulit untuk menghadirkan kesabaran. Banyak doa yang terasa tak kunjung terasa ijabahnya, ada yang terasa namun ternyata hanyalah fatamorgana, terlihat jelas, namun tak dapat disentuh.


Banyak mimpi besarku sebagai mahasiswa telah berhasil kuwujudkan, namun semua terasa kurang karena yang terbesar pada akhirnya tidak terwujud.
Ya...mimpi terbesarku sebagai mahasiswa adalah mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Mesir, dan itu tak dapat kuwujudkan.

Bukan karena aku tak berikhtiar, atau tak ada jaringan untuk menuju kesana, namun memang keadaanlah yang tak memungkinkan.
Pada tahun ketiga, aku sangat berpeluang u/ bisa mengikuti program "sandwich" ke Canal Suez Mesir, namun apa daya ada amanah yg harus kuemban disini dan aku tak akan membahasnya sama sekali karena amanah itu adalah kewajiban yang harus aku pertanggungjawabkan pada Allah kelak.
Pada tahun terakhirKu, aku berkesempatan u/mengikuti program yang sama ditambah program penelitian di Sudan, namun kali ini terbentur oleh Mamaku.

Ya, aku hanya tinggal berdua dengan beliau dan juga menjadi tumpuan perekonomian kami kelak. Sungguh tak mungkin jika aku meninggalkan beliau seorang diri di Indonesia dan menunda kelulusanku pula.

Jujur, sempat terbersit kekecewaan dalam hatiku apalagi ketika melihat sahabat dan orang-orang terdekatku terasa sangat mulus mewujudkan mimpi-mimpinya ke luar negeri. Namun, aku sungguh bersyukur selalu diingatkan oleh Allah.

Dikala kekecewaan ini semakin membuncah bahkan amarah akan ketidakberhasilan dan ketidakadilan semakin meluap, beberapa hari ini aku diperlihatkan bagaimana kerasnya mama bekerja untuk kami.
Meskipun biaya kuliah dan segala perlengkapan penunjangnya bisa aku penuhi dengan beasiswa, dan uang hadiah dari lomba" yg kuikuti, biaya makan selama 4 tahun ini tetaplah beliau yg penuhi.
Aku merasakan betapa beratnya beliau mencari tambahan uang dengan membuka catering kecil-kecilan dan bisnis spray&bed covernya. Setiap pagi harus kepasar dan belanja dengan bobot belanjaan yang sangat berat, pasar yang jauh dan penuh sesak. Belum lagi beliau yang selalu lembur untuk menambah insentif gajinya. Dan hal tersebut sudah dilakukannya dari 23 tahun yg lalu semenjak mengandungku.

Ya..Allah telah mengingatkanku, selama 23 tahun lebih beliau berkorban untukku dan bersabar atas pengorbanannya, masa sekarang aku tidak bisa bersabar untuk 1-2 tahun saja. Bekerja dan bisnis untuk memenuhi segala kebutuhan primer dan sekunder kami sehingga aku bisa meninggalkan Indonesia dengan tenang. Akupun teringat perkataan salah satu ustadz , "berdoa itu ibarat mengamen, kalau suara pengamennya jelek pasti cepet dikasih uangnya biar tuh pengamen pergi, dan uangnya pasti receh. Beda sama pengamen yang suaranya merdu, pasti dikasih duitnya lama karena suaranya mau didengerin lama-lama, tapi uang yg dikasih pasti gede dan bukan recehan. Sama kayak berdoa, makin dia bagus doa dan akhlaknya, biasanya makin lama doanya terwujud, tapi hasilnya pas terwujud pasti dahsyat!"

Yah..sekarang berarti tinggal terus ikhtiar dan bersabar, "Allah tahu, tapi menunggu." Kelak, pengorbanan dan kesabaran pasti berbuah manis karena itu janji Allah dan JanjiNya pasti selalu ditepati.
Amin....