Laman

Minggu, 13 Desember 2015

"NOTE" part 4

Kini aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, perasaanku kini bercampur aduk. Mulai dari perasaan bersalah, karena telah berburuk sangka dan menyakiti hati Himawan, rasa suka yang entah masih ada atau tidak setelah mengetahui kekurangannya, dan rasa malu karena telah marah dan memaksa Himawan untuk berbicara. Aku hanya menatap kosong ke depan, memandangi orang yang berlalu lalang di depan gazebo fakultas Ilmu Budaya ini.
“Woi...jangan bengong.”
Suara itu menyadarkanku dari lamunanku.
“Ih...Kang Wisnu...ngagetin aja.”
“Maaf...maaf...., lagian siang-siang bengong. Nanti kesurupan lho. Kan gak lucu, kalau nanti kamu masuk headline koran kampus. ‘Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya, Kesurupan di Gazebo Fakultas.’ Ha..Ha...”
Aku hanya tersenyum kecut, kemudian secara perlahan air mataku meleleh.
“Yah...malah nangis, maaf Pit...maaf. Gak bermaksud menyinggung.”
“Iya Kang gak papa, harusnya Pit yang minta maaf karena kemarin sudah ngambek ke Akang.”
“He..He..santai aja. Ngomong-ngomong, kamu kenapa Pit? Dari tadi bengong dan sekarang tiba-tiba nagis.”
“Gak tau Kang, perasaan Pit campur aduk.”
“Sok...cerita atuh, siapa tahu ada yang bisa dibanting, He..He..”
“Hhaa..., Akang, masih aja bercanda.”
“He..He...Peace. Sok sekarang cerita.”
Lalu aku menceritakan peristiwa yang kualami pagi tadi ke Kang Wisnu. Usai mendengarkan ceritaku, Kang Wisnu hanya tersenyum.
“Tuh kan..Akangnya malah senyum....pasti Pit di mata Akang sudah hina banget.”
“Bukan gitu pit, saya senyum...ya karena memang harus tersenyum.”
“Kok gitu kang?”
“Ya...sebenarnya saya sudah tahu kalau Himawan itu tuna wicara.”
“Ih..Jahat...Akang sudah tahu tapi gak cerita-cerita.”
“Lah...gimana mau cerita, orang sebelum cerita kamunya sudah ngambek dan ninggalin saya.”
“Oh..iya Kang?”
“Iya, kemarin itu, saya mau ngasih tahu kamu, Himawan tidak pernah membalas sapaan kamu bukan karena sombong, tapi memang karena dia gak bisa bicara. Dia malu sama kamu.”
“Oh, gitu kang. Pit ngerti sekarang. Pit nya jadi gak enak banget sama Himawannya.”
“Yah…mau gimana lagi Pit. Sekarang, kalau kamu merasa bersalah ya minta maaf ke Himawannya.”
“Iya Kang pasti. Tapi Pit juga masih galau Kang.”
“Galau kenapa lagi?”
“Galau sama perasaan Pipit ke Himawan. Setelah tahu dia Tuna wicara, jadi gimana gitu. kasihan Himawannya, tapi Pit malu kalau nanti ada hubungan sama dia. Tapi, masih ada rasa. Tapi….ya…gitu deh. Pokoknya galau.”
Kang wisnu tersenyum, dan beranjak dari kursinya.
“Pit, usahakan jangan memulai suatu hubungan sebelum kamu siap. Lalu, yakinkan hati kamu. Rasa sayang kamu ke dia, rasa sayang karena hati, atau rasa sayang karena kasihan.”
Aku terhenyak mendengar nasihat dari Kang Wisnu.
“Sudah, jangan galau lagi. Hidup itu pilihan, apapun yang kamu pilih dengan niatan yang baik, insya Allah hasilnya juga akan baik. Sudah ya Pit, saya pamit dulu, mau ada rapat. Wassalammualaikum.”
Kang Wisnu langsung bergegas meninggalkanku.

“Walaikumsalam Kang.”

bersambung

0 komentar:

Posting Komentar